Selasa, 11 Maret 2014

BAB 3 : VALUES, ATTITUDES, AND JOB SATISFACTION



Menurut pandangan kelompok kami, nilai itu sebuah alat tolak ukur yang bisa bersifat data atau pun tidak, dan nilai itu sendiri mampu merubah persepsi kita akan sesuatu hal.

Ada beberapa jenis nilai yang pertama
Ada yang disebut dengan nilai konten yaitu menyatakan suatu tindakan atau keadaan itu penting
Ada juga yang disebut dengan nilai intensitas yaitu menjelaskan seberapa penting tindakan atau keadaan tersebut

Menurut  RVS ada 2 tipe nilai yaitu
1.       Nilai terminal yaitu dimana ada keadaan atau tujuan yang di inginkan
Contoh: adanya kecenderungan seseorang untuk mencapai sesuatu untuk mendapatkan suatu penghargaan atas apa yang dia kerjakan

2.       Nilai instrumental yaitu dimana seseorang melakukan langkah-langkah konkrit seperti usaha, berbuat jujur, bertanggung jawab untuk mencapai nilai terminal
Contoh: seseorang akan melakukan sesuatu yang baik dan benar dalam pekerjaannya untuk mendapatkan suatu award dari atasannya akan apa yang dia telah lakukan untuk mencapai nilai terminal
  



Sikap adalah pernyataan atau penilaian evaluatif menyangkut benda, orang, atau kejadian.
Komponen sikap:
¡  Kognitif              : bagian dari sikap yang berupa pendapat atau kepercayaan
¡  Afektif                 : bagian dari sikap yang berupa perasaan atau emosional
¡  Perilaku              : kemauan untuk berperilaku secara tertentu terhadap seseorang atau sesuatu
Jenis-jenis sikap:
1.       Job Satisfaction adalah kepuasan seseorang terhadap pekerjaan yang dilakukan. Contoh: Andi yang ditugaskan untuk menjalankan sebuah proyek pembangunan oleh atasannya, setelah proyek tersebut selesai dan dinilai oleh atasannya, ternyata sang atasan sangat senang dengan hasil kerja Andi, sehingga Andi mendapat pujian. Dari pujian yang didapatkan Andi, akan membawa kepuasan sendiri bagi Andi, jika mendapat proyek berikutnya, Andi pasti akan memberikan yang terbaik lagi dalam menjalakan pekerjaan.
2.       Job Involvement merujuk pada bagaimana keterlibatan seseorang dalam pekerjaannya, berpartisipasi secara aktif, dan membandingkan performanya dengan nilainya sendiri. Contoh: Budi masuk kedalam suatu kepanitiaan yang diadakan di kampusnya. Sebagai anggota dalam salah satu divisi kerja, Budi tidak hanya menunggu aba-aba dari koordinator divisinya, tetapi karena merasa memiliki tanggung jawab, Budi sering mengambil inisiatif mengenai hal yang harus dikerjakan.
3.       Organizational Commitment merujuk pada bagaimana keterlibatan seseorang dalam suatu organisasi beserta dengan tujuan-tujuannya dan ingin menjaga keanggotaannya dalam suatu organisasi . Contoh:  untuk menjaga komitmen restoran untuk selalu memberikan produk makanan dengan kualitas terbaik, Ahmad yang berprofesi sebagai juru masak pada salah satu restoran terkenal selalu menyajikan makanan dengan rasa dan kualitas yang baik sesuai dengan komitmen.

Cognitive dissonance adalah ketidakcocokan antara sikap dan perilaku yang ditunjukkan, misalnya Nadia yang mempunyai sikap dan pembawaan tenang, tetapi ketika lagi bergaul dengan teman lamanya yang jarang bertemu, Nadia yang mempunyai banyak pengalaman baru untuk diceritakan, Nadia yang mempunyai pembawaan tenang, tiba-tiba berubah menjadi orang yang suka bercerita.

Menurut Festinger, ada beberapa hal yang dapat mengurangi terjadinya dissonance, yaitu: kepentingan, pengaruh, dan penghargaan. Jading jika seseorang tidak memiliki kepentingan pada suatu masalah, tidak mempunyai pengaruh yang besar terhadap perubahan, dan tidak mendapatkan penghargaan, maka seseorang tidak memiliki tekanan yang besar untuk mengurangi adanya dissonance.



Cara-cara mengelola variable:
       Importance (kepentingan):
sikap yang dianggap penting cenderung menunjukkan hubungan yang kuat dengan perilaku.
       Specificity (kejelasan):
semakin jelas sikap dan perilaku, semakin kuat hubungan di antara keduanya.
       Accesibility (jangkauan):
sikap yang mudah dijangkau (diingat) lebih cenderung menentukan perilaku seseorang.
       Social pressusres (tekanan sosial):
ketika ada tekanan sosial yang tinggi dalam suatu kelompok, maka seseorang cenderung akan bersikap dan berperilaku seperti yang dilakukan oleh kelompok tersebut. Contoh: Awalnya Marco adalah anak yang kurang disiplin, tetapi sewaktu masuk SMA Marco dimasukkan ke asrama sekolah oleh orang tuanya. Marco yang kurang disiplin agak kesulitan dalam membagi waktu sesuai ketentuan asrama, seiring berjalannya waktu Marco menjadi bisa menyesuaikan diri dengan jadwal kegiatan asrama dan menjadi lebih disiplin.
       Direct experience (pengalaman langsung):
hubungan sikap-perilaku jauh lebih kuat jika seseorang memiliki pengalaman  langsung dengan suatu sikap tertentu. Contoh: Vito sangat suka mengganggu teman sekelasnya, banyak temannya yang mulai tidak senang dengan sikap Vito yang sering mengganggu. Suatu ketika, perbuatannya itu mendapat teguran langsung dari guru, sehingga teguran itu membuat Vito sadar ata perbuatannya yang kurang menyenangkan dan merugikan orang lain, dan Vito mulai berubah sejak ditegur oleh guru.

Self-perception theory adalah sikap digunakan setelah fakta untuk membuat suatu tindakan yang telah dilakukan menjadi masuk akal. Ketika seseorang sudah memiliki sikap yang jelas dan telah dibina selama waktu tertentu, maka sikap itu yang akan menentukan perilakunya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar