Persepsi yang salah dapat menimbulkan keputusan yang salah
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi :
1. Faktor pada situasi
Situasi
di mana interaksi antara sang pengamat dan target terjadi memiliki
pengaruh pada kesan si pengamat terhadap targetnya. Berbagai faktor
situasional dapat berperan seperti faktor tempat, panas, maupun cahaya.
Persepsi orang tentang teknologi terkini yang dianggap canggih mungkin
akan berubah di waktu-waktu mendatang ketika teknologi baru yang lebih
canggih muncul dan menggantikan predesessornya.
- Keadaan Sosial
- Lingkungan Keluarga
- Waktu
2. Faktor pada perseptor
-
Sikap : Sikap seseorang sangat mempengaruhi persepsi yang dibentuknya
akan hal-hal di sekitarnya. sebagai contoh, ketika ingin mewawancarai
para kandidat yang akan mengisi satu posisi penting yang membutuhkan
keahlian dalam bernegosiasi dengan supplier dalam perusahaan, Mr. X
mungkin berpendapat bahwa pria merupakan pilihan yang tepat dibandingkan
dengan wanita, karena wanita di sini dinilai tidak akan mampu melakukan
pekerjaan ini dengan baik, terutama bila negosiasi berjalan dengan alot
dan pelik. Sikap yang disertai dengan asumsi seperti ini akan
mempengaruhi persepsi Mr. X terhadap para kandidat perempuan yang dia
wawancarai.
-
Pengalaman : Pengetahuan atau kejadian yang telah didapatkan dan
dialami seseorang. Contohnya, ketika secara tidak sengaja pernah
menyaksikan suatu tragedi pembunuhan, seseorang menjadi tidak bisa
melihat warna merah karena orang tersebut mengasosiasikan warna merah
sebagai warna yang buruk.
-
Harapan/ Ekspektasi : Gambaran atau ilustrasi yang membentuk sebuah
pencitraan terhadap sebuah keadaan. Contohnya seseorang yang memiliki
latar belakang pendidikan yang baik dan penampilan yang meyakinkan akan
dinilai sebagai orang yang kompeten di bidangnya.
-
Motif dan Kepentingan : Motif dan kepentingan di balik tindakan yang
dilakukan seseorang yang mampu menstimulasi dan memberikan pengaruh kuat
terhadap pembentukan persepsi mereka akan segala sesuatu. Seseorang
yang ambisius dan berkeinginan untuk meraih kekuasaan akan melihat
orang-orang di sekelilingnya sebagai kompetitor yang harus ia kalahkan
guna tercapainya tujuan.
3. Faktor pada target/objek
Karakteristik
dari target yang diamati dapat mempengaruhi apa yang dipersepsikan.
Bahkan, orang-orang, benda maupun kejadian-kejadian yang mempunyai
kemiripan satu sama lain juga memiliki kecenderungan untuk dikategorikan
ke dalam suatu kelompok tertentu. Contohnya, apabila beberapa orang
mahsiswi sering terlihat bersama-sama dan kesemuanya memiliki potongan
rambut yang sama, kebanyakan orang akan mempersepsikan mereka sebagai
sebuah kelompok yang tidak hanya memiliki kesamaan ciri-ciri fisik, tapi
juga sifat-sifatnya.
- Hal baru
- Latar belakang
- Kedekatan
- Gerakan
Selain faktor diatas, ada juga Faktor Internal dan Faktor Eksternal.
1. Faktor Internal, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu, antara lain :
·
Fisiologis. Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi
yang diperoleh ini akan mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk
memberikan arti terhadap lingkungan sekitarnya. Kapasitas indera untuk
mempersepsi pada tiap orang berbeda-beda sehingga interpretasi terhadap
lingkungan juga dapat berbeda.
·
Perhatian. Individu memerlukan sejumlah energi yang dikeluarkan untuk
memperhatikan atau memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas mental
yang ada pada suatu obyek. Energi tiap orang berbeda-beda sehingga
perhatian seseorang terhadap obyek juga berbeda dan hal ini akan
mempengaruhi persepsi terhadap suatu obyek.
·
Minat. Persepsi terhadap suatu obyek bervariasi tergantung pada
seberapa banyak energi atau perceptual vigilance yang digerakkan untuk
mempersepsi. Perceptual vigilance merupakan kecenderungan seseorang
untuk memperhatikan tipe tertentu dari stimulus atau dapat dikatakan
sebagai minat.
·
Kebutuhan yang searah. Faktor ini dapat dilihat dari bagaimana kuatnya
seseorang individu mencari obyek-obyek atau pesan yang dapat memberikan
jawaban sesuai dengan dirinya.
·
Pengalaman dan ingatan. Pengalaman dapat dikatakan tergantung pada
ingatan dalam arti sejauh mana seseorang dapat mengingat
kejadian-kejadian lampau untuk mengetahui suatu rangsang dalam
pengertian luas.
· Suasana hati. Keadaan
emosi mempengaruhi perilaku seseorang, mood ini menunjukkan bagaimana
perasaan seseorang pada waktu yang dapat mempengaruhi bagaimana
seseorang dalam menerima, bereaksi dan mengingat.
2.
Faktor Eksternal, merupakan karakteristik dari lingkungan dan obyek
yang terlibat didalamnya. Elemen-elemen tersebut dapat mengubah sudut
pandang seseorang terhadap dunia sekitarnya dan mempengaruhi bagaimana
seseoarang merasakannya atau menerimanya.
·
Ukuran dan penempatan dari obyek atau stimulus. Faktor ini menyatakan
bahwa semakin besrnya hubungan suatu obyek, maka semakin mudah untuk
dipahami. Bentuk ini akan mempengaruhi persepsi individu dan dengan
melihat bentuk ukuran suatu obyek individu akan mudah untuk perhatian
pada gilirannya membentuk persepsi.
·
Warna dari obyek-obyek. Obyek-obyek yang mempunyai cahaya lebih banyak,
akan lebih mudah dipahami (to be perceived) dibandingkan dengan yang
sedikit.
·
Keunikan dan kekontrasan stimulus. Stimulus luar yang penampilannya
dengan latarbelakang dan sekelilingnya yang sama sekali di luar sangkaan
individu yang lain akan banyak menarik perhatian.
·
Intensitas dan kekuatan dari stimulus. Stimulus dari luar akan memberi
makna lebih bila lebih sering diperhatikan dibandingkan dengan yang
hanya sekali dilihat. Kekuatan dari stimulus merupakan daya dari suatu
obyek yang bisa mempengaruhi persepsi.
·
Motion atau gerakan. Individu akan banyak memberikan perhatian terhadap
obyek yang memberikan gerakan dalam jangkauan pandangan dibandingkan
obyek yang diam.
Proses
terbentuknya persepsi sangat kompleks dan ditentukan oleh dinamika yang
terjadi dalam diri seseorang. Ketika ia mendengar, mencium, melihat,
merasa atau bagaimana ia memandang suatu objek yang melibatkan aspek
psikologis dan panca inderanya.
Teori Atribusi adalah teori yang mengungkapkan bahwa individu
mengamati perilaku ,mereka mencoba menentukan factor yang menjadi penyebabnya.
Teori ini mencoba menggambarkan kounikasi seseorang yang berusaha meneliti,
menilai dan menyimpulkan sebab-sebab dari suatu tindakan atau tingkah laku yang
di lakukan orang lain.
Contohnya : Allen sedang mengikuti sebuah seminar dibalai desa,
Allen melihat penceramah tersebut gelagapan, keringat dingin dan bicara
terbata-bata, sehingga Allen bisa menilai tindakan dari penceramah itu. Ia
mengatakan atau mengambil kesimpulan bahwa penceamah itu grogi atau tidak siap
dalam presentasi yang di bawa dalam seminar tersebut.
Kita cenderung meremehkan factor dari luar dan melebih-lebihkan
factor internal.
Contohnya : Rudi adalah seorang mantan narapidana yang baru bebas
dari penjara. Semua masyarakat melihatnya sebagai seorang narapidana yang penuh
dengan kekerasan, brutal dan berkriminal walaupun ia telah berubah menjadi
sosok yang sopan dan ramah sekarang, namun pandangan orang sekitar terlalu
melebih-lebihkan mengenai sosoknya yang lekat dengan seorang mantan narapidana.
Teori lain berkenaan dengan teori Atribusi dikemukakan oleh Kelley
(1967) yang mencoba menjelaskan penilaian terhadap alas an tingkah laku seseorang
dengan lebih luas.
Ada
3 faktor yang menjelaskan penilaian terhadap tingkah laku seseorang :
- kekhususan (distingtif)
seorang individu memperlihatkan perilaku yang berbeda
dalam situasi yang berbeda.
Contohnya : Arif adalah sosok ayah yang suka marah-marah
dan kasar di keluarganya namun ketika ia bekerja di sebuah perusahaan sebagai
seorang asisten manajer, saat ia bersama dengan atasannya, ia menjadi seseorang
yang penurut dan suka menjilat. Hal ini di lakukan demi kepentingan
pekerjaannya.
- consensus
seorang individu memperlihatkan cara ia bereaksi dalam
situasi dan perilaku yang sama.
Contohnya : Alisa adalah seorang ibu yang memiliki 2
orang anak yang nakal dan bandel. Ia memilki kesabaran dan kelembutan dalam
menasehati dan mengajari kedua anaknya dalam situasi apapun ia tetap sabar dan
menjadi ibu yang baik bagi anak-anaknya.
- konsistensi
seorang individu yang memberikan reaksi yang sama dari
waktu ke waktu.
Contohnya : ibu Nurhayati adalah seorang guru sekolah
dasar yang sabar dan ramah. Dalam menghadapi masalah dalam kehidupan pribadi
atau sosialnya, baik sebagai guru atau seorang istri atau seorang ibu, ia selau
menjadi sosok yang sabar dan ramah dari waktu dan waktu dalam situasi dan
kondisi apapun. Ia menunjukkan reaksi yang sama dalam menghadapi masalah
apapun.
Faktor-faktor yang digunakan dalam menilai orang lain :
1.
selective perception (persepsi
selektif)
sebuah proses saat individu mengatur dan
menginterpretasikan kesan-kesan mereka untuk lingkungan mereka.
contohnya : dalam menilai suatu barang, tentu setiap
individu memilki persepsi yang berbeda-beda. Seperti saat Ana dan Riska pergi
ke sebuah toko dan ingin membeli sebuah tas. Ana merasa tas itu tidak cocok
untuk Riska, namun Riska mengatakan tas itu cocok. Maka Riska tetap membeli tas
tersebut tanpa melihat sudut pandang dari Ana.
2.
Hallo effect(efek hallo)
Sebuah frase yang terjadi ketika seseorang mengambil
kesan menyeluruh akan seseorang atau sesuatu hanya dari 1 karakteristik utama
yang di miliki.
Contohnya : produk Apple terkenal canggih. Karena itu
banyak orang membeli iIphone 5s karena iphone 5s dari apple yang terkenal
canggih.
3.
contrast effect (efek kontras)
sebuah proses yang mengevaluasi tentang
karakteristik-karakteristik seseorang yang di pengaruhi oleh perbandingan-perbandingan
dengan orang lain yang baru di temui yang mendapat nilai lebih tinggi atau
lebih rendah untuk karakteristik yang sama.
Contohnyav : saat bertemu dengan Jeni dan Maya, Leo
langsung membandingkan keduanya, mana yang lebih cantik. Menurut Leo Jeni lebih
cantik. Namun berbeda dengan Joni yang mengatakan Maya lebih cantik. Di sini
terlihat ada 2 pendapat yang berbeda terhadap 1 karakteristik yang sama. Yaitu
kedua gadis itu sama-sama cantik namun, ada pendapat yang berbeda antara mana
yang lebih cantik Jeni atau Maya.
4.
Projection
Sebuah proses dimana individu menghubungkan
karakteristiknya sendiri dengan orang lain.
Contohnya : Heri adalah seorang pemuda yang sedang
mendekati seorang gadis bernama Heni, ia merasa dirinya adalah sosok yang keras
dan tidak mau kalah, di sini ia melihat bagaimana karakteristik Heni, apakah ia
juga memilki karakteristik yang sama, jika iya ia tidak mau mendekati Heni
lagi, karena karakteristik mereka yang sama, bisa membuat mereka tidak cocok.
Di sini Heri membandingkan dirinya dengan Heni.
5.
stereotyping
sebuah penilaian terhadap seseorang hanya dari persepsi
terhadap kelompok dimana orang tersebut dapat di kategorikan.
Contohnya : Ahmad adalah seorang pria asli Madura, maka
teman-temannya dapat memandang dia sebagai seseorang yang kasar dan pelit.
Karena karakteristik orang Madura yang kasar dan pelit.
Aplikasi yang specific dari organisasi dalam
menilai calon pekerjanya
• Interview pekerja (wawancara) : pada bagian ini wawancara sering membuat
penilaian perseptual yang tidak akurat
• Eksepktasi performa (pengharapan kinerja) : ada banyak bukti menunjukan
bahwa individu akan berusaha untuk mengesahkan persepsi mereka tentang kenyataan,
bahkan ketika persepsi tersebut salah
• Pembentukan Profil (suku and etnis) : pembentukan stereotip dimana satu
kelompok individu dipilih biasanya berdasarkan rasa atau etnis untuk penyelidikan
intensif, inspeksi ketat atau investigasi
• Penilaian kinerja : penilaian kinerja sangat bergantung pada proses
pengiterpretasian. Masa depan seorang karyawan berhubungan erat dengan penilaian
promosi, kenaikan bayaran dan kelanjutan pekerjaan merupakan beberapa hasil
yang paling nyata
• Employee Effort : penilaian terhadap upaya ini sering merupakan suatu
pertimbangan subjektif yang rawan terhadap distosi – distorsi dan prasangka perseptual.
Keputusan yang dibuatsecararasional
- Mendefinisikan masalah.
- Identifikasi kriteria keputusan.
- Mengalokasikan bobot untuk kriteria.
- Mengembangkan alternatif.
- Mengevaluasi alternatif.
- Pilih alternatif terbaik.
Asumsi di dasarkan::
• 1. Kejelasan Masalah
• 2. Mengetahui opsi yang ada
• 3. Preferensi yang jelas
• 4. Preferensi konstant
• 5. Tidak ada pembatas
• 6. Hasil maksimal
Rasionalitasterbatas
Kemampuan
pengolahan informasi terbatas manusia tidak memungkinkan untuk mengasimilasi
dan memahami semua informasi yang diperlukan untuk mengoptimalkan
Jadi orang-orang
mencari solusi yang memuaskan dan cukup, daripada optimal (mereka
"satisfice")
Rasionalitas
dibatasi adalah membangun model sederhana yang mengekstrak fitur penting dari
masalah tanpa menangkap semua kerumitannya
Pengambilan keputusan pada rasionalitas
terbatas:
a.
Pencarian terbatas untuk
kriteria dan alternatif-alternatif kriteria akrab dan mudah ditemukan,
contohnya: dalam pengambilan keputusan saat menetukan tempat wisata yang akan
dikunjungi saat liburan semester, beberapa murid mulai memberikan pendapat
tempat wisata yang bagus, setelah mendapat tempat wisata dengan pilihan
terbanyak, maka tempat wisata tersebut yang akan dikunjungi karena disenangi
oleh sebagian besar murid.
b.
Penelaahan terbatas
alternatif-alternatif fokus, contoh: seseorang menyampaikan pendapatnya tentang
suatu hal, bisa berdasarkan pengalaman pribadi yang pernah dialaminya secara
langsung.
c.
Satisficing, merupakan gabungan
antara pengambilan keputusan dengan cara pertama dan kedua, dimana seseorang
yang mempunyai pendapat pribadi, menyampaikan pendapatnya yang kemudian akan
meminta pendapat orang lain untuk menyetujui pendapat yang disampaikannya.
Common Biases and Error:
a.
Overconfidence Bias, biasanya
terjadi pada seseorang yang mempunyai kepintaran tinggi sehingga membuat
kepercayaan diri menjadi terlalu tinggi, sehingga sering melakukan hal-hal yang
cenderung tidak sesuai dengan keadaan yang seharusnya, misalnya saat berbagi
pengalaman dengan teman lama yang baru bertemu, Ray yang merasa lebih pintar
dan memiliki pengalaman lebih dibandingkan dengan teman-temannya, mulai
menceritakan pengalaman-pengalamannya, hingga akhirnya melenceng dari topik
yang mereka bicarakan.
b.
Anchoring Bias, kecenderungan
seseorang mempercayai informasi awal yang diterimanya, biasa tidak bisa
menyesuaikan diri dengan perkembangan informasi terbaru, sehingga agak sulit
untuk mengikuti perkembangan yang ada.
c.
Confirmation Bias, saat
seseorang ingin memastikan kembali informasi yang telah didapatkan, sehingga
bisa mengurangi kesalahan dalam pengambilan keputusan, biasanya saat melakukan
order makanan di sebuah restoran, para pelayan restoran akan mengulang kembali
jenis pesanan yang kita pesan, agar tidak ada kesalahan pemesanan.
d.
Avaibility Bias, kecenderungan
meyesuaikan sesuatu dengan informasi yang tersedia, sehingga ada kemungkinan
terjadi kesalahan bila informasi yang disampaikan kurang jelas.
e.
Escalation of Commitment,
kesalahan ini biasa terjadi pada seseorang yang telah berkomitmen untuk
melakukan sesuatu, contoh: suatu hari karena sudah berjanji temannya untuk
lulus dari matapelajaran yang susah, John terpaksa memberi contekan kepada
temannya, sampai akhirnya perbuatan curang tersebut diketahui oleh pengawas.
f.
Hindsight Bias, kecenderungan
seseorang yang menganggap dirinya tidak bisa memperkirakan hasil akhir suatu
perisitwa secara akurat.
Kendala dalam pengambilan keputusan dalam
organisasi:
-
Evaluasi Kinerja, hal ini bisa
menghambat pengambilan keputusan jika, misalnya pada saat perusahaan akan
mengambil keputusan untuk meningkatkan standar kerja terdapat kinerja karyawan
yang tidak mencapai target yang telah ditetapkan organisasi, sehingga
menghambat keputusan untuk meningkatkan standar kerja.
-
Sistem Reward mempunyai dampak
baik dan kurang baik, dampak baiknya bisa memicu semangat karyawan untuk selalu
memberikan yang terbaik agar bisa mencapai reward tersebut, tetapi dengan
adanya sistem reward, bisa meningkatkan persaingan antar karyawan sehingga bisa
menciptakan perpecahan antar karyawan.
-
Peraturan Formal, jika terlalu
terikat dengan suatu peraturan formal bisa membuat seseorang akan sulit untuk
megambil suatu keputusan karena harus berdasarkan peraturuan formal yang
berlaku, misalnya saat ingin mengambil keputusan, Ken harus menunggu jawaban
dari atasannya, sehingga tidak bisa mengambil keputusan secara langsung.
-
Kendala Waktu, waktu mempunyai
pengaruh terhadap pengambilan keputusan, waktu yang terlalu singkat bisa
membuat seseorang mengambil keputusan terlalu cepat sehingga bisa saja tidak
memikirkan kendala-kendala kedepannya, sedangkan jika terlalu lama, bisa juga
menggagalkan karena waktu yang terlalu panjang, bisa membuat seseorang berpikir
terlalu lama, bahkan cenderung membatalkan pengambilan keputusan.
-
Preseden Sejarah, pengalaman
masa lalu biasanya dijadikan ceriman atau sebagai bahan pelajaran untuk kedepannya,
jika mempunyai pengalaman yang buruk, maka seseorang akan cenderung mengulangi
kejadian yang sama seperti sebelumnya, meskipun hasilnya belum pasti baruk
seperti sebelumnya.
Kerangka etis untuk melakukan pengambilan
keputusan:
-
Utilitarian, dimana pengambilan
keputusan didasarkan pada kebaikan terbesar untuk jumlah terbesar, contoh:
seorang pemimpin rela untuk berkorban demi menolong para anggota-anggotanya
yang berada dalam kesusahan, meskipun dia mengetahui dia bisa saja membahayakan
dirinya, tetapi dia melakukannya.
-
Rights, membuat keputusan yang
konsisten yang berdasarkan pada kebebasan dan hak yang mendasar, misalnya saat
seseorang akan mengambil keputusan, selain didasarkan pada kebaikan terbesar,
juga harus memikirkan hak-hak dari orang lain yang tidak bisa dilupakan.
-
Justice, menegakkan dan
memberlakukan peraturan secara adil dan tidak memihak sehingga ada pemerataan
manfaat dan biaya. Mengambil keputusan secara adil, sehingga setiap orang yang
merasakan dampak dari pengambilan keputusan tersebut tidak ada yang merasa
dirugikan.
Implikasi Global biasanya bergantung pada
latar belakang budaya dan etika seseorang, cara berpikir dan kepercayaan
seseorang bisa mengubah caranya dalam mengambil keputusan.