Jumat, 23 Mei 2014

Leadership and Power



Kepemimpinan adalah sebagai pelaksanaan otoritas dan pembuatan keputusan, suatu inisiatif untuk bertindak yang menghasilkan suatu pola yang konsistensi dalam rangka mencari jalan pemecahan suatu persoalan bersama.

Perbedaan management & leadership:
Managemen: Suatau usaha dalam pencapaian tujuan organisasi
Kepemimpinan: Tidak hanya terbatas dalam organisasi. Mempengengaruhi perilaku orang lain atau kelompok
Pemimpin belum tentu seorang manajer, tetapi seorang manajer bisa berperilaku sebagai seorang pemimpin.

Penemuan-penemuan klasik kepemimpinan
Ò  Studi Iowa
Kesimpulannya:
            - anak-anak lebih menyukai pemimpin yang demokratis dibandingkan pemimpin yang otokratis
            -Suatu perilaku kelompok-kelompok yang apatis, ketika pemimpin yang otokratis keluar ruangan, maka meletuslah sikap agresifnya.
            -Gaya kepemimpinan laissez faire menghasilkan sejumlah besar perbuatan agresif dari kelompoknya
            -Gaya kepemimpinan demokratis berada diantara satu agresif dan empat apatis dalam kelompok yang otokratis.

Ò  Penemuan Ohio
Pemimpin memiliki deskripsi perilaku atas dua dimensi, yaitu struktur pembuatan inisiatif dan perhatian
Ò  Struktur pembuatan inisiatif menunjukkan perilaku pemimpin dalam menentukan hubungan kerja antara dirinya dengan yang dipimpin
Ò  Perilaku perhatian menggambarkan perilaku pemimpin yang menunjukkan kesetiakawanan, bersahabat, saling percaya, dan  kehangatan didalam hubungan antara pemimpin dan anggota staf
Ò  Studi Kepemimpinan Michigan
Tujuan: untuk menentukan prinsip-prinsip produktivitas kelompok dan kepuasan anggota kelompok yang diperoleh dari partisipasi mereka
Faktor-faktor tertentu, misalnya bentuk pekerjaan, kondisi pekerjaan, dan metode kerja terkendalikan semuanya.
Hasilnya :
            Pengawas pada seksi produksi tinggi lebih memberikan pengawasan terbuka pada bawahannya dibandingkan pengawasan yang ketas dan berorientasi pada pekerja daripada berorientasi pada produksi
            Produksi rendah, mereka lebih menyukai pengawasan yang ketat dan berorientasi pada produksi.

Teori-Teori Kepemimpinan:
a.       Teori Sifat (Trait Theory)
Kesimpulan dari penelitian-penelitian tersebut adalah para pemimpin hendaknya harus lebih besar dan cerdas dibandingkan dengan yang dipimpin. Namun dalam organisasi ternyata keberhasilan seorang manager tidak memiliki korelasi dengan sifat-sifat pemimpin
Oleh sebab itu Keith Davis merumuskan empat sifat umum yang nampaknya mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi:
1.          Kecerdasan
            Pemimpin mempunyai tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang dipimpin. Namun kecerdasan yang lebih tinggi ini tidak terpaut jauh bedanya dengan para pengikutnya.
2.         Kedewasaan dan keluasan hubungan
            Pemimpin cenderung lebih matang dan mempunya emosi yang stabil terhadap aktivitas sosial, serta mempunyai keinginan dihargai dan menghargai.
3.         Motivasi diri dan dorongan berprestasi
            Pemimpin memiliki dorongan motivasi untuk berprestasi, mendapatkan penghargaan yang intrinsik dibandingkan yang ekstrinsik.
4.         Sikap-sikap hubungan kemanusiaan
            Pemimpin yang berhasil akan mau mengakui harga diri dan kehormatan para pengikutnya. Dalam Universitas Ohio hal ini disebut perhatian sedangkan pada penemuan Michigan disebut berorientasi pada karyawan.
  1. Teori Kelompok
Kepemimpinan ditekankan pada adanya suatu proses pertukaran antara pemimpin dan pengikutnya, terutama pada dimensi pemberian perhatian kepada para pengikut.
  1. Teori Situasional dan Model Kontijensi
Hubungan ASO dan LPC dapat diterangkan sebagai berikut:
Hubungan Kemanusiaan atau Gaya yang Lunak (lenient)
            Pemimpin tidak melihat perbedaan besar antara teman kerja yang paling banyak disukai dan paling sedikit disukai (ASO) atau yang memberikan gambaran relatif menyenangkan kepada teman kerja yang paling sedikit disenangi (LPC).
Gaya yang Berorientasi Tugas atau Hand Nosed
            Pemimpin melihat suatu perbedaan besar antara teman kerja yang paling banyak dan paling sedikit disenangi (ASO) dan memberikan suatu gambaran yang paling tidak menyenangkan pada teman kerja yang paling sedikit disukai (LPC).

Model Kepemimpinan Kontijensi
Model ini berisi tentang hubungan antara gaya kepemimpinan dengan situasi yang menyenangkan. Situasi yang menyenangkan tersebut diterangkan melalui dimensi-dimensi berikut ini:
a.       Hubungan pemimpin-anggota
b.      Derajat dari struktur tugas
c.       Posisi kekuasaan pemimpin yang dicapai lewat otoritas formal

Dengan kata lain, suatu situasi dikatakan menyenangkan jika:
a.       Pemimpin diterima oleh para pengikutnya (derajat dimensi 1 tinggi)
b.      Tugas-tugas dan segala sesuatu yang berhubungan dengan tugas tersebut ditentukan dengan jelas (derajat dimensi kedua tinggi).
c.       Penggunaan otoritas dan kekuasaan secara formal diterapkan pada posisi pemimpin (derajat dimensi ketiga tinggi)

Dalam situasi yang sangat menyenangkan dan sangat tidak menyenangkan, maka gaya kepemimpinan akan berorientasi pada tugas atau hard nosed adalah sangat efektif.

Dalam situasi ditengah-tengah atau moderat antara menyenangkan dan tidak menyenangkan, maka gaya kepemimpinan yang menekankan pada hubungan kemanusiaan atau yang lunak (lenient) adalah sangat efektif.
  1. Teori Jalan Kecil – Tujuan (Path – Goal Theory)
Teori Path Goal berusaha untuk menjelaskan pengaruh perilaku pemimpin terhadap motivasi, kepuasan, dan pelaksanaan pekerjaan bawahannya. Teori Path-Goal versi House memasukan empat gaya utama kepemimpinan, sebagai berikut:
a.       Kepemimpinan Direktif
Bawahan tahu apa yang diharapkan dari dirinya dan adanya pengarahan khusus dari pemimpin. Dalam model ini tidak ada partisipasi dari bawahan.
b.      Kepemimpinan yang Mendukung (Supportive Leadership)
Adanya kesediaan pemimpin untuk menjelaskan sendiri, bersahabat, mudah didekati, dan mempunyai perhatian kemanusiaan yang murni terhadap bawahannya.
c.       Kepemimpinan Partisipatif
Pemimpin berusaha meminta dan mempergunakan saran-saran dari para bwahannya. Namun pengambilan keputusan masih tetap berada padanya.
d.      Kepemimpinan yang Berorientasi pada Prestasi
Pemimpin menetapkan serangkaian tujuan yang menantang para bawahan untuk berprestasi. Pemimpin memberikan keyakinan pada mereka bahwa mereka mampu melaksanakan tugas dan mencapai tujuan secara baik.
Dengan kata lain, lewat cara-cara yang diuraikan diatas, pemimpin berusaha membuat jalan kecil (path) untuk mencapai tujuan-tujuan (goal) para bawahannya sebaik mungkin.
Usaha-usaha yang dapat dilakukan pemimpin untuk mempengaruhi persepsi dan memotivasi bawahannya adalah:
     Mengetahui dan menumbuhkan kebutuhan-kebutuhan para bawahan untuk menghasilkan sesuatu yang bisa dikontrol pemimpin
     Memberi intensif kepada bawahan yang mampu mencapai hasil dalam bekerja
     Membuat suatu jalan yang mudah dilewati oleh bawahan untuk menaikkan prestasi dengan cara latihan, dan pengarahan
     Membantu para bawahan dengan menjelaskan apa yang bisa diterapkan darinya
     Mengurangi halangan-halangan yang bisa membuat frustasi
     Menaikkan kesempatan-kesempatan untuk pemuasan bawahan yang memungkinkan tercapainya efektivitas kerja.
Pendekatan Social Learning dalam Kepemimpinan
Social Learning merupakan suatu teori yang dapat memberikan suatu model yang menjamin kelangsungan, interaksi timbal balik antara pemimpin, lingkungan dan perilakunya sendiri. Pendekatan Social Learning memberikan kesempatan pada pemimpin dan bawahan untuk memusyawarahkan semua perkara yang timbul.





Ada 4 gaya Kepemimpinan, yaitu :
1.      Gaya Kepemimpinan Kontinum
Gaya ini sebetulnya termasuk gaya klasik , Ada dua bidang pengaruh yang ekstrem.
-          Bidang pengaruh pimpinan
-          Bidang pengaruh kebebasan bawahan
Pada bidang pertama pemimpin menggunakan otoritasnya dalam gaya kepemimpinannya
Pada bidang kedua pemimpin menunjukkan gaya yang demokratis .
Ada 7 model keputusan pemimpin Antara lain :
  1. Pemimpin membuat keputusan dan kemudian mengumumkan kepada bawahannya ( Otoritas atasan )
  2. Pemimpin menjual keputusan. (dalam hal ini pemimpin terlihat banyak menggunakan otoritas yang ada pada nya )
  3. Pemimpin memberikan pemikiran-pemikiran atau ide-ide , dan mengundang pertanyaan-pertanyaan . dalam model ini pemimpin sudah menunjukkan kemajuan , dibatasinya penggunaan otoritasnya dan diberikan kesempatan bawahan untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan
  4. Pemimpin memberikan keputusan bersifat sementara yang kemungkinan dapat diubah ( Bawahan sudah mulai banyak terlibat dalam rangka pembuatan keputusan )
  5. Pemimpin memberikan persoalan , meminta saran-saran , dan membuat keputusan ( Model ini sudah jelas otoritas pimpinan dipergunakan sedikit mungkin )
  6. Pemimpin merumuskan batas-batasnya , dan meminta kelompok bawahan untuk membuat keputusan ( Partisipasi Bawahan kali ini lebih besar dibandingkan 5 model di atas)
  7. Pemimpin mengizinkan bawahan melakukan fungsi-fungsinya dalam batas-batas yang telah dirumuskan oleh pimpinan ( model ini terletak pada titik ekstrem penggunaan otoritas pada nomor satu di atas ).

2.      Gaya Kepemimpinan Managerial Grid
Gaya managerial grid lebih menekankan kepada pendekatan dua aspek yaitu aspek produksi dan bawahan.
Dalam managerial grid, ada empat gaya yang ekstrim dan ada satu gaya yang berada di tengah-tengah gaya ekstrim tersebut:
Grid 1 (1.1) manajer sedikit sekali memikirkan produksi yang harus dicapai. sedangkan juga sedikit perhatian terhadap orang-orang (followers) di dalam organisasinya. Dalam grid ini manajer hanya berfungsi sebagai perantara menyampaikan informasi dari atasan kepada bawahannya.

Grid 2 (9.9) manajer mempunyai perhatian yang tinggi terhadap produksi yang akan dicapai juga terhadap orang-orang yang bekerja dengannya. Manajer seperti ini dapat dikatakan sebagai “manajer tim” yang riel (The real team manajer) karena ia mampu menyatukan antara kebutuhan-kebutuhan produksi dan kebutuhan orang-orang secara individu.
   
 Grid 3 (1.9) manajer memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap orang-orang dalam organisasi, tetapi perhatian terhadap produksi adalah rendah. Manajer seperti ini disebut sebagai “pemimpin club”. Gaya seperti ini lebih mengutamakan bagaimana menyenangkan hati bawahannya agar bawahannya dapat bekerja rileks, santai, bersahabat, tetapi tidak ada seorangpun yang berusaha untuk mencapai produktlvitas.
Grid 4 (9.1) adalah manajer yang menggunakan gaya kepemimpinan yang otokratis (autrocratic task managers), karena manejer seperti ini lebih menekankan produksi yang harus dicapai organisasinya, baik melalui efisiensi atau efektivitas pelaksanaan kerja, tetapi tidak mempunyai atau sedikit mempuyai perhatian terhadap bawahan.
Pemimpin yang baik adalah lebih memperhatikan terhadap produksi yang akan dicapai maupun terhadap orang-orang. Grid seperti ini berusaha menyeimbangkan produksi yang akan dicapai dengan perhatian terhadap orang-orang, dalam arti tidak terlalu menyolok. Manajer seperti ini tidak terlalu menciptakan target produksi yang akan dicapai, tetapi juga tidak mempunyai perhatian yang tidak terlalu menyolok kepada orang-orang 
Grid 5 (5.5) Grid ini adalah satu gaya berada pada nilai tengah-tengah . Dalam hal ini manajer mempunyai pemikiran yang medium baik pada produksi maupun pada orang-orang .
3.      Tiga dimensi dari Reddin

Ada empat gaya yang efektif antara lain :
Ò  Eksekutif
             Gaya ini memberikan perhatian pada tugas tugas pekerjaan dan hubungan kerja , manajer yang mempergunakan gaya ini disebut sebagai motivator yang baik . menetapkan standar kerja yang tinggi berkehendak mengenal perbedaan di Antara individu , dan berkeinginan mempergunakan kerja tim dalam manajemen
Ò  Pecinta Pengembangan ( Developer )
            Gaya ini memberikan perhatian maksimum terhadap hubungan kerja dan perhatian yang minimum terhadap tugas tugas pekerjaan , Seorang manajer yang mempergunakan gaya ini mempunyai kepercayaan yang implisit terhadap orang orang yang bekerja dalam organisasinya dan sangat memperhatikan terhadap pengembangan mereka sebagai individu
Ò  Otokratis yang baik hati ( Benevolent autocrat )
            Gaya ini memberikan perhatian maksimum terhadap tugas dan perhatian yang minimum pada hubungan kerja , seorang manajer mengetahui secara tepat apa yang ia inginkan dan bagaimana memperoleh yang dia inginkan tanpa menyebabkan ketidakseganan di pihak lain
Ò  Birokrat
            Gaya ini memberikan perhatian yang minimum terhadap tugas dan hubungan kerja . Seorang manajer yang memppergunakan gaya ini sangat tertarik pada peraturan dan menginginkan memeliharanya , serta melakukan control situasi secara teliti

Ada 4 gaya yang tidak efektif yaitu Antara lain :
Ò  Pecinta Kompromi ( Compromiser )
            Gaya ini memberikan perhatian besar pada tugas dan hubungan kerja dalam suatu situasi yang menekankan pada kompromi , Manajer yang pembuat keputusan yang jelek banyak tekanan yang mempengaruhinya
Ò  Missionari
            Gaya ini memberikan penekanan yang ksimum pada orang orang dan hubungan kerja , tetapi memberikan perhatian yang minimum terhadap tugas dengan perilakuyang tidak sesuai , Manajer hanya menilai keharmonisan sebagai suatu tujuan dalam dirinya sendiri
Ò  Otokrat
             Gaya ini memberikan perhatian yang maksimum terhadap tugas dan minimum terhadap hubungan kerja dengan suatu perilaku tidak sesuai , Manajer seperti ini tidak mempunyai kepercayaan pada orang lain , tidak menyenangkan dan hanya tertarik pada jenis pekerjaan yang segera selesai
Ò  Lari dari Tugas ( deserter )
            Gaya ini sama sekali tidak memberikan perhatian baik pada tugas maupun pada hubungan kerja . dalam situasi tertuntu gaya ini tidak begitu terpuji ( pasif dan tidak mau ikut campur tangan secara aktif dan positif .

4. Empat system Manajemen dari Likert
4 sistem yang dikembangkan Rensis Likert :
Ò  Sistem 1 , Exploitive-authoritative , otokratis mempunyai sedikit kepercayaan memberi ketakutan dan hukuman hukuman , dengan diselingi pemberian penghargaan , memperhatikan pada komunikasi yang turun ke bawah , dan hanya membatasi proses pengambilan keputusan di tingkat atas saja
Ò  Sistem 2 , Otokratis yang baik hati ( Benevolent authoritative ) mempunyai kepercayaan yang berselubung , percaya pada bawahan , memotivasi dengan hadiah– hadiah dan ketakutan berikut hukuman hukuman , mendengarkan pendapat– pendapat dan ide dari bawahan serta ada nya delegasi wewenang dalam proses keputusan .
Ò  Sistem 3 , Manajer konsulatif , mempunyai sedikit kepercayaan , dan melakukan motivasi dengan penghargaan dan hukuman yang kebetulan , menetapkan dua pola hubungan komunikasi yakni ke atas dank e bawah .
Ò  Sistem 4 , Partisipative group mengandalkan untuk mendapatkan ide – ide dan pendapat pendapat lainnya dari bawahan dan mempunyai niatan untuk mempergunakan pendapat bawahan secara konstruktif mendorong bawahan untuk ikut bertanggung jawab membuat keputusan , dan juga melaksanakan keputusan tersebut dengan tanggung jawab yang besar .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar